Sabtu, 15 Desember 2012

Retorika



BAB I
PENDAHULUAN
Retorika digunakan untuk meyakinkan pendengar akan kebenaran gagasan/topik yang dibicarakan. Namun pada kenyataannya, tidak banyak mahasiswa yang mampu menggunakan retorika dengan baik dan efektif. Oleh karena itu, perlu adanya rekonstruksi bahasa dan retorika yang digunakan mahasiswa dalam berkomunikasi atau berbicara di depan umum. Rekonstruksi tersebut dapat dimulai dari segi penggunaan bahasa yang digunakan dalam berbicara
Berbicara merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki oleh manusia. Dengan berbicara manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Berbicara selalu tidak jauh-jauh dengan bahasa, karena bahasa mrupakan unsur penting dalam berkomunikasi dengan manusia yang lain. Komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Komunikasi verbal menggunakan bahasa sebagai sarana, sedangkan komunikasi non verbal menggunakan sarana gerak-gerik seperti warna, gambar, bunyi bel, dan sebagainya. Komunikasi verbal dianggap paling sempurna, efisien, dan efektif.
Komunikasi lisan sering terjadi dalam kehidupan manusia, misalnya dialog dalam lingkungan keluarga, percakapan antara tetangga, percakapan antara pembeli dan penjual di pasar, dan sebagainya. Contoh lainnya : percakapan anggota keluarga; percakapan ibu dan anak; percakapan bertelepon, dan sebagainya.
Interaksi antara pembicara dan pendengar ada yang langsung dan ada pula yang tidak langsung. Interaksi langsung dapat bersifat dua arah atau multi arah, sedangkan interaksi tak langsung bersifat searah. Pembicara berusaha agar pendengar memahami atau menangkap makna apa yang disampaikannya. Komunikasi lisan dalam setiap contoh berlangsung dalam waktu, tempat, suasana yang tertentu pula. Sarana untuk menyampaikan sesuatu itu mempergunakan bahasa lisan.
Di dalam perkuliahan, tidak banyak yang memiliki keterampilan berbahasa maupun beretorika dengan baik dan efektif. Banyak orang yang berdalih bahwa dalam berbicara sudah cukup bila pendengarnya dapat mengerti apa yang dimaksudkannya. Namun mereka belum dapat memastikan kadar kemengertian pembicaraannya. Menurut supratman (1982: 20) seorang pembicara yang baik, seharusnya menyadari adanya beberapa kemungkinan yang terjadi seperti pendengarnya mengerutkan dahi sebagai tanda bahwa pembicaraannya menyulitkan pendengar dan kurang komunikatif, serta pendengarnya itu gelisah, tidak sabar, dan ingin pembicaraannya segera diakhiri. Pembicara sebaiknya menyadari bahwa pembicaraannya itu mengesankan atau tak berbekas. Pembicara sebaiknya memiliki kadar daya tarik, kadar daya mengasyikkan, dan kadar kesan yang tinggi.
Jadi, terampil berbicara bukan hanya banyak bicara, bukan hanya fasih dan lancar. Terampil berbicara tidak hanya disimak dari validitas secara kuantitatif, tetapi juga harus dapat disimak melalui kadar kualitatifnya. Berbicara yang efektif seyogyanya menyenangkan, memiliki daya tarik, mengasyikkan, ,mengesankan, mencapai tujuan secara jelas serta mengundang rasa simpatik pendengar. Untuk dapat berbicara yang efektif, diperlukan ilmu retorika.






BAB II
PEMBAHASAN
A.   Retorika
1)    Pengertian Retorika
Retorika dapat diartikan secara “etimologi” dan “terminologi”. Adapun hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1.    Secara etimologi (berdasarkan asal kata), retorika berasal dari :
Ø  Bahasa Latin (Yunani kuno) “Rhetorica” yang artinya seni berbicara.
Ø  Bahasa Inggris “Rhetoric” yang berarti kepandaian berpidato atau berbicara.
2.    Secara terminologi (pengertian secara istilah) adalah :
            Didalam bahasa Inggris retorika dikenal dengan istilah “The art of  speaking” yang artinya seni di dalam berbicara atau bercakap. Sehingga secara sederhana dapat dikemukakan bahwa retorika adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari atau mempersoalkan tentang bagaimana caranya berbicara yang mempunyai daya tarik yang mempesona, sehingga orang yang mendengarkannya dapat mengerti dan tergugah  perasaannya.
Sebagai bahan komparasi (pembanding) maka berikut ini ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa pakar di bidang rhetorika yang diantaranya adalah :
1.    Richard E. Young cs, mengatakan bahwa retorika adalah ilmu yang mengajarkan bagaimana kita menggarap masalah wicara-tutur kata secara heiristik, epistomologi untuk membina saling pengertiandan kerjasama.
2.    Socrates mengemukakan bahwa retorika mempersoalkan tentang bagaimana mencari kebenaran dengan dialog sebagai tekniknya. Karena dengan dialog kebenaran dapat timbul dengan sendirinya.

3.    Drs. Ton Kertapati mengartikan retorika sebagai kemampuan seseorang untuk menyatakan pikiran dan perasaannya dengan menggunakan lambang-lambang bahasa.
Dari beberapa defenisi tersebut di atas, apapun defenisi dan siapapun yang mengemukakannya semua mengacu dan memberi penekanan kepada kemampuan menggunakan bahasa lisan (berbicara) yang baik dengan memberikan sentuhan gaya (seni) didalam penyampaiannya dengan tujuan untuk memikat/menggugah hati pendengarnya dan mengerti dan memahami pesan yang disampaikannya.
Kemampuan untuk menjadi pembicara yang handal tidaklah diperoleh secara otomatis atau hanya mengandalkan bakat yang besar dan pembawaan (kharismatik) semata, tetapi juga dapat dipelajari dan atau melalui latihan yang banyak (Dr. Dale Carnigie).
2)      Latar Belakang Sejarah
Istilah rethorika muncul bermula di Yunani sekitar abad ke-5 sebelum masehi. Pada saat itu adalah merupakan masa kejayaan Yunani sebagai pusat kebudayaan barat dan para filsufnya saling berlomba untuk mencari apa yang mereka anggap sebagai kebenaran. Pengaruh kebudayaan Yunani ini menyebar sampai ke dunia timur seperti Mesir, India, Persia, bahkan Indonesia dan lain-lain.
Retorika mulai berkembang pada jaman Socrates, Plato, dan Aristoteles. Selanjutnya retorika kemudian berkembang menjadi suatu ilmu pengetahuan, dan yang dianggap sebagai guru pertama dalam ilmu rhetorika adalah Georgias (480 – 370 SM).
Fungsi retorika menurut Aristoteles (Arsjad, 1991: 5) ada empat fungsi, yaitu:
a.    menuntut orang mengambil keputusan dalam menghadapi berbagai kemungkinan memecahkan suatu kasus;
b.    membimbing orang memahami kondisi kejiwaan penanggap tutur;
c.    memimpin orang menganalisis kasus secara sistematis objektif untuk menemukan secara persuasif yang efektif untuk meyakinkan orang; dan
d.   mengajarkan cara-cara yang efektif untuk mempertahankan gagasan.
B.       Berbicara
1)        Pengertian berbicara.
Moris dalam Novia (2002) menyatakan bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang alami antara anggota masyarakat untuk mengungkapkan pikiran dan sebagai sebuah bentuk tingkah laku sosial. Selanjutnya Wilkin dalam Oktarina (2002) menyatakan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan menyusun kalimat-kalimat karena komunikasi terjadi melalui kalimat-kalimat untuk menampilkan perbedaan tingkah laku yang bervariasi dari masyarakat yang berbeda.
Menurut Nuraeni (2002), “Berbicara adalah proses penyampaian informasi dari pembicara kepada pendengar dengan tujuan terjadi perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan pendengar sebagai akibat dari informasi yang diterimanya.”
Selanjutnya Dr. Tri Budhi Sastrio, M.Si dalam tulisannya yang berkepala: Keterampilan Dasar Berbahasa Antara Harapan dan Realita menyatakan sebagai berikut :
“Kemampuan dan keterampilan berbicara mungkin merupakan keterampilan dasar berbahasa yang paling tidak mudah dimanipulasi jika konsep ‘unjuk kerja’ yang dijadikan tolok ukur. Seseorang tidak mungkin memoles kemampuan berbicaranya, khususnya bahasa asing, dalam semalam saja seandainya besok ia harus mengikuti tes berbicara. Kemampuan berbicara seseorang diperoleh dalam jangka waktu lama dan dengan usaha yang tidak kenal lelah.”
Lebih lanjut dikatakan oleh Tri Budhi Sastrio: Berbicara satu sama lain, yang adalah salah satu bentuk komunikasi paling mudah yang dapat dilakukan oleh manusia melalui media bahasa, menurut Brown dan Yule (1983) seperti yang dikutip oleh Nunan (1989: 27) ternyata menimbulkan implikasi pembagian fungsi bahasa ke dalam 2 (dua) kategori yaitu (1) kategori fungsi transaksional; dan (2) kategori fungsi interaksional.  Fungsi transaksional mementingkan transfer informasi sedangkan fungsi interaksional  mementingkan fakta bahwa kegunaan utama ujaran adalah mempertahankan hubungan sosial.
            Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa berbicara merupakan salah satu keterampilan dasar berbahasa yang diperoleh melalui belajar dan latihan dalam jangka waktu lama dan  berfungsi sebagai sarana komunikasi lisan.

2)        Jenis-Jenis Berbicara
Bila diperhatikan mengenai bahasa pengajaran akan kita dapatkan berbagai jenis berbicara. Antara lain : diskusi, percakapan, pidato menjelaskan, pidato menghibur, ceramah, dan sebagainya.
Berdasarkan pengamatan minimal ada lima landasan yang digunakan dalam mengklasifikasi berbicara. Kelima landasan tersebut adalah :
1.    situasi
Aktivitas berbicara terjadi dalam suasana, situasi, dan lingkungan tertentu. Situasi dan lingkungan itu dapat bersifat formal atau resmi, mungkin pula bersifat informal atau tak resmi. Dalam situasi formal pembicara dituntut berbicara secara formal, sebaliknya dalam situasi tak formal, pembicara harus berbicara secara tak formal pula.
a.       kegiatan berbicara informal meliputi: tukar pengalaman, percakapan, menyampaikan berita, menyampaikan pengumuman, bertelepon, dan memberi petunjuk (Logan, dkk., 1972 : 108).
b.      kegiatan berbicara yang bersifat formal meliputi : ceramah, perencanaan dan penilaian, interview, prosedur parlementer, dan bercerita (Logan, dkk., 1972 : 116)

2.    Tujuan.
Akhir pembicaraan, pembicara menginginkan respons dari pendengar. Pada umumnya tujuan orang berbicara adalah untuk menghibur, menginformasi-kan, menstimulasikan, meyakinkan, atau menggerakkan pendengarnya.
3.    Metode penyampaian.
Ada empat cara yang bisa digunakan orang dalam menyampaikan pembicaraannya, antara lain:
a.    Impromptu (serta merta).
Dalam metode ini pembicara menggunakan cara spontantas (improvisasi), biasanya digunakan untuk  yang sifatnya mendadak dan disajikan menurut kebutuhan saat itu.
Ø  Kekurangan     : Materi kadang tidak disampaikan secara urut / sistematis, mendadak, kurang persiapan, sehingga kemungkinan ada yang terlupa.
Ø  Kelebihan        : Bahasanya singkat sehingga tidak membosankan, bebas memilih topik

b.    Ekstemporan
Metode ini merupakan jalan tengah, yakni uraian yang akan disajikan dipersiapkan dalam bentuk kerangka pembicaraan, kemudian kerangka itu dikembangkan / disajikan dalam pidato.
Ø  Kekurangan     : Seakan-akan kurang siap karena berkali-kali menunduk melihat catatan.
Ø  Kelebihan        : Materi diungkapkan secara sistematis dan lengkap.

c.    Naskah
Dalam metode ini pembicara selalu membaca naskah yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Ø  Kekurangan     : membosankan, interaksi dengan pendengar kurang, suara monoton, bersifat kaku, mata pembicara selalu ditujukan ke bawah sehingga tidak bisa bebas memandang pendengarnya.
Ø  Kelebihan        : Terencana dengan baik, lengkap, dan sistematis, kalimatnya dapat dikoreksi ulang, tidak ada hal yang terlupakan.

d.   Menghafal (tanpa Teks).
Dalam metode ini pembicara membuat teks kemudian menghafalkannya.
Ø  Kekurangan     : Bila lupa akan mempengaruhi isi pembicaraan, membosankan, suara monoton.
Ø  Kelebihan        : Melatih daya ingat, tersusun secara sistematis.

C.      Berbicara dalam kegiatan pidato
a.    Definisi / Pengertian Pidato
Pidato adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan kepada orang banyak. Contoh pidato yaitu seperti pidato kenegaraan, pidato menyambut hari besar, pidato pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event, dan lain sebagainya.
Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengar pidato tersebut. Kemampuan berpidato atau berbicara yang baik di depan publik / umum dapat membantu untuk mencapai jenjang karir yang baik.
b.    Tujuan Pidato
Pidato umumnya melakukan satu atau beberapa hal berikut ini :
Ø  Mempengaruhi orang lain agar mau mengikuti kemauan kita dengan suka rela.
Ø  Memberi suatu pemahaman atau informasi pada orang lain.
Ø  Membuat orang lain senang dengan pidato yang menghibur sehingga orang lain senang dan puas dengan ucapan yang kita sampaikan.
c.    Jenis-Jenis / Macam-Macam / Sifat-Sifat Pidato
Berdasarkan pada sifat dari isi pidato, pidato dapat dibedakan menjadi :
Ø  Pidato Pembukaan, adalah pidato singkat yang dibawakan oleh pembaca acara atau  mc.
Ø  Pidato pengarahan adalah pdato untuk mengarahkan pada suatu pertemuan.
Ø  Pidato Sambutan, yaitu merupakan pidato yang disampaikan pada suatu acara kegiatan atau peristiwa tertentu yang dapat dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu yang terbatas secara bergantian.
Ø  Pidato Peresmian, adalah pidato yang dilakukan oleh orang yang berpengaruh untuk meresmikan sesuatu.
Ø  Pidato Laporan, yakni pidato yang isinya adalah melaporkan suatu tugas atau kegiatan.
Ø  Pidato Pertanggungjawaban, adalah pidato yang berisi suatu laporan pertanggungjawaban.
d.   Persiapan Pidato
Sebelum memberikan pidato di depan umum, ada baiknya untuk melakukan persiapan berikut ini :
Ø  Wawasan pendengar pidato secara umum.
Ø  Mengetahui lama waktu atau durasi pidato yang akan dibawakan.
Ø  Menyusun kata-kata yang mudah dipahami dan dimengerti.
Ø  Mengetahui jenis pidato dan tema acara.
Ø  Menyiapkan bahan-bahan dan perlengkapan pidato, dsb.

e.    Kerangka Susunan Pidato
            Skema susunan suatu pidato yang baik :
Ø  Pembukaan dengan salam pembuka.
Ø  Pendahuluan yang sedikit menggambarkan isi.
Ø  Isi atau materi pidato secara sistematis : maksud, tujuan, sasaran, rencana, langkah, Penutup (kesimpulan, harapan, pesan, salam penutup, dll).
f.     Ciri-ciri pembicara yang baik
8 Ciri Pembicara Terbaik Menurut Larry King, Beberapa persamaan yang dimiliki oleh para pembicara terbaik dunia yaitu:
Ø  Mereka memandang suatu hal dari sudut pandang yang baru, mengambil titik pandang yang tak terduga dari hal-hal umum yang biasa kita temui.
Ø  Mereka memiliki cakrawala yang luas. Mereka memikirkan dan membicarakan isu-isu dan beragam pengalaman di luar kehidupan mereka sehari-hari.
Ø  Mereka antusias, menunjukan minat besar pada apa yang mereka perbuat, maupun pada hal-hal  yang diungkapakan orang lain.
Ø  Mereka( hampir ,Red)tidak pernah membicarakan diri mereka sendiri.
Ø  Mereka sangat ingin tahu. Mereka bertanya, “mengapa?”.Mereka ingin tahu lebih banyak mengenai apa yang anda katakan.
Ø  Mereka menunjukan empati. Mereka berusaha menempatkan diri mereka pada posisi anda untuk memahami apa yang anda katakan.
Ø  Mereka memiliki selera humor, dan tidak keberatan mengolok-olok diri sendiri.Sungguh, konverasionalis yang baik.
Ø  Mereka punya gaya bicara sendiri.

D.      Berbicara dalam kegiatan ilmiah

Diskusi adalah sebuah interaksi komunikasi antara dua orang atau lebih/kelompok. Biasanya komunikasi antara mereka/kelompok tersebut berupa salah satu ilmu atau pengetahuan dasar yang akhirnya akan memberikan rasa pemahaman yang baik dan benar. Diskusi bisa berupa apa saja yang awalnya disebut topik. Dari topik inilah diskusi berkembang dan diperbincangkan yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu pemahaman dari topik tersebut.

Macam- macam Diskusi          :

a)        Pengertian Diskusi Kelompok.
Menurut Subroto (2002:179), dinyatakan bahwa diskusi kelompok adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang tergabung dalam suatu kelompok untuk saling bertukar pendapat suatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan jawaban atau kebenaran atas suatu masalah. Hal serupa sesuai dengan apa yang disampaikan Romlan (Dalam Nilawati, 1997:7) dinyatakan bahwa diskusi kelompok adalah percakapan yang sudah direncanakan antara tiga orang atau lebih untuk memecahkan masalah dan memperjelas suatu persoalan. Jadi diskusi kelompok adalah suatu percakapan yang dilakukan oleh tiga orang atau lebih, melalui proses bertukar pikiran dan argumentasi kearah pemecahan masalah secara bersama-sama. Proses diskusi kelompok ini dapat dilakukan melalui forum diskusi diikuti oleh semua siswa di dalam kelas dapat pula dibentuk kelompok-kelompok lebih kecil. Yang perlu diperhatikan ialah para siswa dapat melibatkan dirinya untuk ikut berpartisipasi secara aktif di dalam forum diskusi kelompok, jadi metode diskusi kelompok adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana seorang guru memberi kesempatan kepada siswa (kelompok siswa) untuk mengadakan percakapan guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative pemecahan atas masalah.

1.    Keuntungan Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok merupakan salah satu pengalaman belajar yang diterapkan di semua bidang studi dalam batasan-batasan tertentu, pengalaman diskusi kelompok memberikan keuntungan bagi para peserta sebagai berikut : 1) peserta dapat berbagi berbagai informasi dalam menjalani gagasan baru atau memecahkan masalah, 2) dapat meningkatkan pemahaman atas masalah-masalah penting, 3) dapat mengembangkan kemampuan untuk berfikir dan berkomunikasi, 4) dapat meningkatkan ketertiban dalam perencanaan dan pengambilan keputusan dan 5) dapat membina semangat kerjasama dan bertanggung jawab.
2.    Kelemahan-kelemahan Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok memiliki kelemahan-kelemahan yang dapat menimbulkan kegagalan dalam arti tidak tercapai tujuan yang diinginkan. Wardani (Dalam Puger, 1997 : 9) dinyatakan bahwa kelemahan-kelemahan dalam diskusi kelompok antara lain : 1) diskusi kelompok memerlukan waktu yang lebih banyak daripada cara belajar yang biasa, 2) dapat memboroskan waktu terutama bila terjadi hal-hal yang negatif seperti pengarahan yang kurang tepat, 3) anggota yang kurang agresif (pendiam, pemalu) sering tidak mendapatkan kesempatan untuk mengemukakan pendapat atau ide-idenya sehingga terjadi frustasi atau penarikan diri dan 4) adakala hanya didominasi oleh orang-orang tertentu saja..
b)        Diskusi panel
1.    Pengertian
Panel merupakan salah satu bentuk diskusi yang sudah direncanakan tentang suatu topik di depan para pengunjung. Diskusi panel dibawakan oleb 3 - 6 orang yang dianggap ahli yang dipimpin oleh seorang moderator.
Para panelis berdiskusi sedemikian rupa, sehingga para pengunjung dapat mengikuti pembicaraan mereka. Pengunjung hanya berfungsi sebagai pendengar, oleh karena itu pengunjung yang begitu besar jumlahnya dianggap sebagai kelompok yang diajar oleh suatu regu guru. Tetapi panel tidak boleh hanya sekedar merupakan pengajaran informatif, melainkan harus dapat merangsang cara berpikir massa dengan memberikan berbagai perspektif.
Pelaksanaan panel dimulai dari perkenalan para panelis oleh moderator, kemudian disampaikan persoalan umum kepada para panelis tersebut, untuk didiskusikan. Mereka seharusnya adalah orang-orang yang pandai berbicara dengan lancar dan menarik. Moderator juga memegang penanan dalam diskusi ini, sebagai pengatur jalannya pembicaraan dengan sekali-kali menyimpulkan apa yang dikemukakan oleh para panelis. Perbedaan pendapat tidak menjadi persoalan, karena pada diskusi panel tidak perlu dicapai suatu kesatuan pendapat atau keputusan. Bahkan perbedaan pendapat itulah yang diharapkan dapat memberikan stimulus bagi pendengar untuk dapat berpikir lebih jauh. Pendengar tidak hanya akan menelan pesan yang sudah jadi, melainkan dapat mengikuti proses pemikiran para panelis jalannya diskusi. Setelah diskusi selesai, pendengar dapat membentuk kelompok-kelompok untuk mendiskusikannya lebih lanjut. Akan tetapi selama diskusi panel, pendengar tidak diberi kesempatan untuk mengemukakan pandangan.
2.    Penggunaan diskusi panel
Anda dapat menggunakan diskusi panel jika :
Ø  Ingin mengemukakan pandapat yang berbeda-beda.
Ø  Ingin memberi stimulus para pendengar akan adanya suatu persoalan yang perlu dipecahkan.
Ø  Ada panelis yang memenuhi syarat.
Ø  Pembicaraan terlalu luas untuk didiskusikan dalam kelompok itu.
Ø  Ingin mengajak pendengar melihat “ke dalam” tetapi tidak menginginkan tanggapan secara verbal.
Ø  Ada moderator yang cakap, yang dapat menguasai segala aspek dan persoalan yang dibicarakan.


3.    Kelebihan dan kelemahan diskusi panel
Kelemahan :
Ø  Membangkitkan pikiran.
Ø  Mengemukakan pandangan yang berbeda-beda.
Ø  Mendorong ke analisis lebih lanjut.
Ø  Memanfaatkan para ahli untuk berpendapat dan proses pemikirannya dapat membelajarkan orang lain.
Kelebihan :
Ø  Mudah tersesat bila moderator tidak terampil.
Ø  Memungkinkan panelis berbicara terlalu banyak.
Ø  Tidak memberi kesempatan peserta untuk berbicara.
Ø  Cenderung menjadi serial pidato pendek.
Ø  Membutuhkan persiapan yang cukup masak.

c)      Simposium
1.      Pengertian
Simposium adalah serangkaian pidato pendek di depan pengunjung dengan seorang pemimpin. Simposium menampilkan beberapa orang pembicara dan mereka mengemukakan aspek-aspek pandangan yang berbeda dan topik yang sama. Dapat juga terjadi, suatu topik persoalan dibagi atas beberapa aspek, kemudian setiap aspek disoroti tersendiri secara khusus, tidak perlu dari berbagai sudut pandangan.
Pembicara dalam simposium terdiri dari pembicara (pembahas utama) dan penyanggah (pemrasaran banding), dibawah pimpinan seorang moderator. Pendengar diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan atau pendapat setelah pembahas utama dan penyanggah selesai berbicara. Moderator hanya mengkoordinasikan jalannya pembicaraan dan meneruskan pertanyaan-pertanyaan, sanggahan atau pandangan umum dari peserta. Hasil simposium dapat disebar luaskan, terutama dari pembahas utama dan penyanggah, sedangkan pandangan-pandangan umum yang dianggap perlu saja.

2.      Penggunaan Simposium
Simposium dapat digunakan :
Ø  Untuk mengemukakan aspek-aspek yang berbeda dari suatu topik tertentu.
Ø  Jika kelompok peserta besar.
Ø  Kalau kelompok membutuhkan keterampilan yang ringkas.

3.      Kelebihan dan Kelemahan :
a. Kelebihan :
Ø  Dapat dipakai pada kelompok besar maupun kecil.
Ø  Dapat mengemukakan informnasi banyak dalam waktu singkat.
Ø  Pergantian pembicara menambah variasi dan sorotan dari berbagai segi akan menjadi sidang lebih menarik.
Ø  Dapat direncanakan jauh sebelumnya.

b. Kelemahan :      
Ø  Kurang spontanitas dan kneatifitas karena pembahas maupun penyanggah sudah ditentukan.
Ø  Kurang interaksi kelompok.
Ø  Menekankan pokok pembicaraan.
Ø  Agak terasa formal.
Ø  Kepribadian pembicara dapat menekankan materi.
Ø  Secara umum membatasi pendapat pembicara.
Ø  Membutuhkan perencanaan sebelumnya dengan hati-hati untuk menjamin jangkauan yang tepat.
Ø  Cenderung dipakai secara berlebihan.



d)     Seminar
1.      Pengertian
Seminar merupakan suatu pembahasan masalah secara ilmiah, walaupun topik yang dibahas adalah masalah sehari-hari. Dalam membahas masalah, tujuannya adalah mencari suatu pemecahan, oleh karena itu suatu seminar selalu diakhiri dengan kesimpulan atau keputusan-keputusan yang merupakan hasil pendapat bersama, yang kadang-kadang diikuti dengan resolusi atau rekomendasi.
Pembahasan dalam seminar berpangkal pada makalah atau kertas kerja yang telah disusun sebelumnya oleh beberapa orang pembicara sesuai dengan pokok-pokok bahasan yang diminta oleh sesuatu panitia penyelenggara. Pokok-pokok bahasan yang diminta oleh suatu penitia penyelenggara. Pokok bahasan yang telah ditentukan, akan dibahas secara teoritis dan dibagi menjadi beberapa subpokok bahasan bila masalahnya sangat luas. Pada awal seminar, dapat dibuka dengan suatu pandangan umum oleh orang berwenang (yang ditunjuk panitia) sehingga tujuan seminar terarah. Kemudian hadirin (massa) dibagi menjadi beberapa kelompok untuk membahas permasalahan lebih lanjut. Tiap kelompok dapat diserahi tugas membahas suatu sub pokok bahasan untuk dibahas dalam kelompok yang biasanya juga disebut seksi/komisi, di bawah pimpinan seorang ketua komisi (kelompok). Dari hasil-hasil kelompok, disusun suatu perumusan yang merupakan suatu kesimpulan yang dirumuskan oleh suatu tim perumus yang ditunjuk.
Pembahasan dalam seminar memakan waktu yang lebih lama karena sifatnya yang ilmiah. Apabila para pembicara tidak dapat mengendalikan diri biasanya waktu banyak dipergunakan untuk pembahasan yang kurang penting. Oleh karena itu dibutuhkan pimpinan kelompok yang menguasai persoalan sehingga penyimpangan dari pokok persoalan dapat dicegah. Penyimpangan ini dapat diatasi bila setiap kali ketua sidang menyimpulkan hasil pembicaraan sehingga apa yang akan dibicarakan selanjutnya sudah terarah.
2.      Penggunaan Seminar
Seminar akan efektif bila        :
Ø  Tersedia waktu yang cukup untuk membahas persoalan.
Ø  Problema sudah dirumuskan dengan jelas.
Ø  Para peserta dapat diajak berfikir logis.
Ø  Problema memerlukan pemecahan yang sistematis.
Ø  Problema akan dipecahkan secara menyeluruh.
Ø  Pimpmnan sidang cukup terampil dalam mcnggunakan metode ini.
Ø  Kelompok tidak terlalu besar sehingga memungkinkan setiap peserta mengambil bagian dalam berpendapat.

3.      Kelebihan dan kelemahan
a. Kelebihan :
Ø  Membangkitkan pemikiran yang logis.
Ø  Mendorong pada analisa menyeluruh.
Ø  Prosedurnya dapat diterapkan untuk berbagai jenis problema.
Ø  Membangkitkan tingkat konsentrasi yang tinggi pada diri peserta.
Ø  Meningkatkan keterampilan dalam mengenal problema.

b. Kelemahan :
Ø  Membutuhkan banyak waktu.
Ø  Memerlukan pimpinan yang terampil.
Ø  Sulit dipakai bila kelompok terlalu besar.
Ø  Mengharuskan setiap anggota kelornpok untuk mempelajari terlebih dahulu.
Ø  Mungkin perlu dilanjutkan pada diskusi yang lain.

e)      Konferensi
rapat atau pertemuan untuk berunding atau bertukar pendapat mengenai suatu masalah yg dihadapi bersama; permusyawaratan; muktamar.
Langkah-langkah dalam konferensi    :
Ø  Pemimpin membuka acara konferensi dengan membacakan tata tertib ;
Ø  Peserta konferensi mengemukakan pendapat secara tertib;
Ø  Pemimpin menutup konferensi.
DAFTAR PUSTAKA

id.wikipedia.org/wiki/Berbicara
id.wikipedia.org/wiki/Pidato
pembelajaranguru.wordpress.com/.../diskusi-dan-macamnya/
theordinarytrainer.wordpress.com/2009/07/.../diskusi-panel/
kamusbahasaindonesia.org/konferensi/
pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/konferensi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar