BAB I
PENDAHULUAN
Retorika
digunakan untuk meyakinkan pendengar akan kebenaran gagasan/topik yang
dibicarakan. Namun pada kenyataannya, tidak banyak mahasiswa yang mampu
menggunakan retorika dengan baik dan efektif. Oleh karena itu, perlu adanya
rekonstruksi bahasa dan retorika yang digunakan mahasiswa dalam berkomunikasi
atau berbicara di depan umum. Rekonstruksi tersebut dapat dimulai dari segi
penggunaan bahasa yang digunakan dalam berbicara
Berbicara
merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki oleh manusia. Dengan berbicara
manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Berbicara selalu tidak
jauh-jauh dengan bahasa, karena bahasa mrupakan unsur penting dalam
berkomunikasi dengan manusia yang lain. Komunikasi dapat dilakukan dengan
berbagai cara, di antaranya komunikasi verbal dan komunikasi non verbal.
Komunikasi verbal menggunakan bahasa sebagai sarana, sedangkan komunikasi non
verbal menggunakan sarana gerak-gerik seperti warna, gambar, bunyi bel, dan
sebagainya. Komunikasi verbal dianggap paling sempurna, efisien, dan efektif.
Komunikasi
lisan sering terjadi dalam kehidupan manusia, misalnya dialog dalam lingkungan
keluarga, percakapan antara tetangga, percakapan antara pembeli dan penjual di
pasar, dan sebagainya. Contoh lainnya : percakapan anggota keluarga; percakapan
ibu dan anak; percakapan bertelepon, dan sebagainya.
Interaksi
antara pembicara dan pendengar ada yang langsung dan ada pula yang tidak
langsung. Interaksi langsung dapat bersifat dua arah atau multi arah, sedangkan
interaksi tak langsung bersifat searah. Pembicara berusaha agar pendengar
memahami atau menangkap makna apa yang disampaikannya. Komunikasi lisan dalam
setiap contoh berlangsung dalam waktu, tempat, suasana yang tertentu pula.
Sarana untuk menyampaikan sesuatu itu mempergunakan bahasa lisan.
Di dalam
perkuliahan, tidak banyak yang memiliki keterampilan berbahasa maupun
beretorika dengan baik dan efektif. Banyak orang yang berdalih bahwa dalam
berbicara sudah cukup bila pendengarnya dapat mengerti apa yang dimaksudkannya.
Namun mereka belum dapat memastikan kadar kemengertian pembicaraannya. Menurut
supratman (1982: 20) seorang pembicara yang baik, seharusnya menyadari adanya
beberapa kemungkinan yang terjadi seperti pendengarnya mengerutkan dahi sebagai
tanda bahwa pembicaraannya menyulitkan pendengar dan kurang komunikatif, serta
pendengarnya itu gelisah, tidak sabar, dan ingin pembicaraannya segera
diakhiri. Pembicara sebaiknya menyadari bahwa pembicaraannya itu mengesankan
atau tak berbekas. Pembicara sebaiknya memiliki kadar daya tarik, kadar daya
mengasyikkan, dan kadar kesan yang tinggi.
Jadi,
terampil berbicara bukan hanya banyak bicara, bukan hanya fasih dan lancar.
Terampil berbicara tidak hanya disimak dari validitas secara kuantitatif,
tetapi juga harus dapat disimak melalui kadar kualitatifnya. Berbicara yang
efektif seyogyanya menyenangkan, memiliki daya tarik, mengasyikkan,
,mengesankan, mencapai tujuan secara jelas serta mengundang rasa simpatik
pendengar. Untuk dapat berbicara yang efektif, diperlukan ilmu retorika.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Retorika
1)
Pengertian
Retorika
Retorika
dapat diartikan secara “etimologi” dan “terminologi”. Adapun hal tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Secara
etimologi (berdasarkan asal kata), retorika berasal dari :
Ø Bahasa
Latin (Yunani kuno) “Rhetorica” yang artinya seni berbicara.
Ø Bahasa
Inggris “Rhetoric” yang berarti kepandaian berpidato atau berbicara.
2. Secara
terminologi (pengertian secara istilah) adalah :
Didalam bahasa Inggris retorika
dikenal dengan istilah “The art of
speaking” yang artinya seni di dalam berbicara atau bercakap. Sehingga
secara sederhana dapat dikemukakan bahwa retorika adalah suatu bidang ilmu yang
mempelajari atau mempersoalkan tentang bagaimana caranya berbicara yang
mempunyai daya tarik yang mempesona, sehingga orang yang mendengarkannya dapat
mengerti dan tergugah perasaannya.
Sebagai
bahan komparasi (pembanding) maka berikut ini ada beberapa defenisi yang
dikemukakan oleh beberapa pakar di bidang rhetorika yang diantaranya adalah :
1. Richard
E. Young cs, mengatakan bahwa retorika adalah ilmu yang mengajarkan bagaimana
kita menggarap masalah wicara-tutur kata secara heiristik, epistomologi untuk
membina saling pengertiandan kerjasama.
2. Socrates
mengemukakan bahwa retorika mempersoalkan tentang bagaimana mencari kebenaran
dengan dialog sebagai tekniknya. Karena dengan dialog kebenaran dapat timbul
dengan sendirinya.
3. Drs.
Ton Kertapati mengartikan retorika sebagai kemampuan seseorang untuk menyatakan
pikiran dan perasaannya dengan menggunakan lambang-lambang bahasa.
Dari
beberapa defenisi tersebut di atas, apapun defenisi dan siapapun yang
mengemukakannya semua mengacu dan memberi penekanan kepada kemampuan
menggunakan bahasa lisan (berbicara) yang baik dengan memberikan sentuhan gaya
(seni) didalam penyampaiannya dengan tujuan untuk memikat/menggugah hati
pendengarnya dan mengerti dan memahami pesan yang disampaikannya.
Kemampuan
untuk menjadi pembicara yang handal tidaklah diperoleh secara otomatis atau
hanya mengandalkan bakat yang besar dan pembawaan (kharismatik) semata, tetapi
juga dapat dipelajari dan atau melalui latihan yang banyak (Dr. Dale Carnigie).
2) Latar
Belakang Sejarah
Istilah
rethorika muncul bermula di Yunani sekitar abad ke-5 sebelum masehi. Pada saat
itu adalah merupakan masa kejayaan Yunani sebagai pusat kebudayaan barat dan
para filsufnya saling berlomba untuk mencari apa yang mereka anggap sebagai
kebenaran. Pengaruh kebudayaan Yunani ini menyebar sampai ke dunia timur
seperti Mesir, India, Persia, bahkan Indonesia dan lain-lain.
Retorika
mulai berkembang pada jaman Socrates, Plato, dan Aristoteles. Selanjutnya
retorika kemudian berkembang menjadi suatu ilmu pengetahuan, dan yang dianggap
sebagai guru pertama dalam ilmu rhetorika adalah Georgias (480 – 370 SM).
Fungsi
retorika menurut Aristoteles (Arsjad, 1991: 5) ada empat fungsi, yaitu:
a.
menuntut orang mengambil keputusan dalam menghadapi
berbagai kemungkinan memecahkan suatu kasus;
b. membimbing
orang memahami kondisi kejiwaan penanggap tutur;
c. memimpin
orang menganalisis kasus secara sistematis objektif untuk menemukan secara
persuasif yang efektif untuk meyakinkan orang; dan
d. mengajarkan
cara-cara yang efektif untuk mempertahankan gagasan.
B. Berbicara
1)
Pengertian berbicara.
Moris dalam Novia (2002) menyatakan
bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang alami antara anggota masyarakat
untuk mengungkapkan pikiran dan sebagai sebuah bentuk tingkah laku sosial.
Selanjutnya Wilkin dalam Oktarina (2002) menyatakan bahwa keterampilan
berbicara adalah kemampuan menyusun kalimat-kalimat karena komunikasi terjadi
melalui kalimat-kalimat untuk menampilkan perbedaan tingkah laku yang
bervariasi dari masyarakat yang berbeda.
Menurut Nuraeni (2002), “Berbicara
adalah proses penyampaian informasi dari pembicara kepada pendengar dengan
tujuan terjadi perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan pendengar sebagai
akibat dari informasi yang diterimanya.”
Selanjutnya Dr. Tri Budhi Sastrio,
M.Si dalam tulisannya yang berkepala: Keterampilan Dasar Berbahasa
Antara Harapan dan Realita menyatakan sebagai berikut :
“Kemampuan dan keterampilan
berbicara mungkin merupakan keterampilan dasar berbahasa yang paling tidak
mudah dimanipulasi jika konsep ‘unjuk kerja’ yang dijadikan tolok ukur.
Seseorang tidak mungkin memoles kemampuan berbicaranya, khususnya bahasa asing,
dalam semalam saja seandainya besok ia harus mengikuti tes berbicara. Kemampuan
berbicara seseorang diperoleh dalam jangka waktu lama dan dengan usaha yang
tidak kenal lelah.”
Lebih lanjut
dikatakan oleh Tri Budhi Sastrio: Berbicara satu sama lain, yang adalah salah satu bentuk komunikasi paling
mudah yang dapat dilakukan oleh manusia melalui media bahasa, menurut Brown dan
Yule (1983) seperti yang dikutip oleh Nunan (1989: 27) ternyata menimbulkan
implikasi pembagian fungsi bahasa ke dalam 2 (dua) kategori yaitu (1) kategori
fungsi transaksional; dan (2) kategori fungsi interaksional. Fungsi
transaksional mementingkan transfer informasi sedangkan fungsi
interaksional mementingkan fakta bahwa kegunaan utama ujaran adalah
mempertahankan hubungan sosial.
Dari berbagai pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa berbicara merupakan salah satu keterampilan dasar berbahasa
yang diperoleh melalui belajar dan latihan dalam jangka waktu lama
dan berfungsi sebagai sarana komunikasi lisan.
2)
Jenis-Jenis Berbicara
Bila diperhatikan mengenai bahasa
pengajaran akan kita dapatkan berbagai jenis berbicara. Antara lain : diskusi,
percakapan, pidato menjelaskan, pidato menghibur, ceramah, dan sebagainya.
Berdasarkan pengamatan minimal ada
lima landasan yang digunakan dalam mengklasifikasi berbicara. Kelima landasan
tersebut adalah :
1.
situasi
Aktivitas
berbicara terjadi dalam suasana, situasi, dan lingkungan tertentu. Situasi dan
lingkungan itu dapat bersifat formal atau resmi, mungkin pula bersifat informal
atau tak resmi. Dalam situasi formal pembicara dituntut berbicara secara
formal, sebaliknya dalam situasi tak formal, pembicara harus berbicara secara
tak formal pula.
a.
kegiatan berbicara informal meliputi: tukar
pengalaman, percakapan, menyampaikan berita, menyampaikan pengumuman,
bertelepon, dan memberi petunjuk (Logan, dkk., 1972 : 108).
b.
kegiatan berbicara yang bersifat formal meliputi :
ceramah, perencanaan dan penilaian, interview, prosedur parlementer, dan
bercerita (Logan, dkk., 1972 : 116)
2.
Tujuan.
Akhir
pembicaraan, pembicara menginginkan respons dari pendengar. Pada umumnya tujuan
orang berbicara adalah untuk menghibur, menginformasi-kan, menstimulasikan,
meyakinkan, atau menggerakkan pendengarnya.
3.
Metode penyampaian.
Ada empat
cara yang bisa digunakan orang dalam menyampaikan pembicaraannya, antara lain:
a. Impromptu (serta merta).
Dalam metode ini pembicara
menggunakan cara spontantas (improvisasi), biasanya digunakan untuk yang sifatnya mendadak dan disajikan menurut
kebutuhan saat itu.
Ø Kekurangan : Materi
kadang tidak disampaikan secara urut / sistematis, mendadak, kurang persiapan,
sehingga kemungkinan ada yang terlupa.
Ø
Kelebihan : Bahasanya singkat sehingga tidak
membosankan, bebas memilih topik
b. Ekstemporan
Metode ini merupakan jalan tengah, yakni
uraian yang akan disajikan dipersiapkan dalam bentuk kerangka pembicaraan,
kemudian kerangka itu dikembangkan / disajikan dalam pidato.
Ø
Kekurangan : Seakan-akan
kurang siap karena berkali-kali menunduk melihat catatan.
Ø
Kelebihan : Materi diungkapkan secara sistematis dan lengkap.
c. Naskah
Dalam metode ini pembicara selalu
membaca naskah yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Ø
Kekurangan : membosankan,
interaksi dengan pendengar kurang, suara monoton,
bersifat kaku, mata pembicara selalu ditujukan ke bawah sehingga tidak
bisa bebas memandang pendengarnya.
Ø
Kelebihan : Terencana dengan baik, lengkap, dan
sistematis, kalimatnya dapat dikoreksi ulang,
tidak ada hal yang terlupakan.
d.
Menghafal
(tanpa Teks).
Dalam metode ini pembicara membuat
teks kemudian menghafalkannya.
Ø
Kekurangan : Bila lupa akan mempengaruhi isi
pembicaraan, membosankan, suara monoton.
Ø
Kelebihan : Melatih daya ingat,
tersusun secara sistematis.
C. Berbicara dalam kegiatan pidato
a. Definisi
/ Pengertian Pidato
Pidato adalah suatu
ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan kepada orang banyak. Contoh
pidato yaitu seperti pidato kenegaraan, pidato menyambut hari besar, pidato
pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event, dan lain sebagainya.
Pidato yang baik
dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengar pidato
tersebut. Kemampuan berpidato atau berbicara yang baik di depan publik / umum
dapat membantu untuk mencapai jenjang karir yang baik.
b. Tujuan
Pidato
Pidato umumnya
melakukan satu atau beberapa hal berikut ini :
Ø
Mempengaruhi orang lain agar mau mengikuti
kemauan kita dengan suka rela.
Ø
Memberi suatu pemahaman atau informasi pada
orang lain.
Ø
Membuat orang lain senang dengan pidato yang
menghibur sehingga orang lain senang dan puas dengan ucapan yang kita
sampaikan.
c. Jenis-Jenis
/ Macam-Macam / Sifat-Sifat Pidato
Berdasarkan pada
sifat dari isi pidato, pidato dapat dibedakan menjadi :
Ø
Pidato Pembukaan, adalah pidato singkat yang dibawakan
oleh pembaca acara atau mc.
Ø
Pidato pengarahan adalah pdato untuk mengarahkan
pada suatu pertemuan.
Ø
Pidato Sambutan, yaitu merupakan pidato yang
disampaikan pada suatu acara kegiatan atau peristiwa tertentu yang dapat
dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu yang terbatas secara bergantian.
Ø
Pidato Peresmian, adalah pidato yang dilakukan
oleh orang yang berpengaruh untuk meresmikan sesuatu.
Ø
Pidato Laporan, yakni pidato yang isinya adalah
melaporkan suatu tugas atau kegiatan.
Ø
Pidato Pertanggungjawaban, adalah pidato yang
berisi suatu laporan pertanggungjawaban.
d. Persiapan
Pidato
Sebelum memberikan
pidato di depan umum, ada baiknya untuk melakukan persiapan berikut ini :
Ø
Wawasan pendengar pidato secara umum.
Ø
Mengetahui lama waktu atau durasi pidato yang
akan dibawakan.
Ø
Menyusun kata-kata yang mudah dipahami dan
dimengerti.
Ø
Mengetahui jenis pidato dan tema acara.
Ø
Menyiapkan bahan-bahan dan perlengkapan pidato,
dsb.
e. Kerangka
Susunan Pidato
Skema susunan suatu pidato yang baik
:
Ø
Pembukaan dengan salam pembuka.
Ø
Pendahuluan yang sedikit menggambarkan isi.
Ø
Isi atau materi pidato secara sistematis :
maksud, tujuan, sasaran, rencana, langkah, Penutup (kesimpulan, harapan, pesan,
salam penutup, dll).
f.
Ciri-ciri pembicara yang baik
8 Ciri Pembicara
Terbaik Menurut Larry King, Beberapa persamaan yang dimiliki oleh para
pembicara terbaik dunia yaitu:
Ø Mereka
memandang suatu hal dari sudut pandang yang baru, mengambil titik pandang yang
tak terduga dari hal-hal umum yang biasa kita temui.
Ø Mereka
memiliki cakrawala yang luas. Mereka memikirkan dan membicarakan isu-isu dan
beragam pengalaman di luar kehidupan mereka sehari-hari.
Ø Mereka
antusias, menunjukan minat besar pada apa yang mereka perbuat, maupun pada
hal-hal yang diungkapakan orang lain.
Ø Mereka(
hampir ,Red)tidak pernah membicarakan diri mereka sendiri.
Ø Mereka
sangat ingin tahu. Mereka bertanya, “mengapa?”.Mereka ingin tahu lebih banyak
mengenai apa yang anda katakan.
Ø Mereka
menunjukan empati. Mereka berusaha menempatkan diri mereka pada posisi anda
untuk memahami apa yang anda katakan.
Ø Mereka
memiliki selera humor, dan tidak keberatan mengolok-olok diri sendiri.Sungguh,
konverasionalis yang baik.
Ø Mereka punya
gaya bicara sendiri.
D.
Berbicara
dalam kegiatan ilmiah
Diskusi adalah sebuah interaksi komunikasi antara dua orang atau lebih/kelompok. Biasanya komunikasi antara
mereka/kelompok tersebut berupa salah satu ilmu atau
pengetahuan dasar
yang akhirnya akan memberikan rasa pemahaman yang baik dan benar.
Diskusi bisa berupa apa saja yang awalnya disebut topik.
Dari topik inilah diskusi berkembang dan diperbincangkan yang pada akhirnya
akan menghasilkan suatu pemahaman dari topik tersebut.
Macam-
macam Diskusi :
a)
Pengertian Diskusi Kelompok.
Menurut
Subroto (2002:179), dinyatakan bahwa diskusi kelompok adalah suatu percakapan
ilmiah oleh beberapa orang yang tergabung dalam suatu kelompok untuk saling
bertukar pendapat suatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan
jawaban atau kebenaran atas suatu masalah. Hal serupa sesuai dengan apa yang
disampaikan Romlan (Dalam Nilawati, 1997:7) dinyatakan bahwa diskusi kelompok
adalah percakapan yang sudah direncanakan antara tiga orang atau lebih untuk
memecahkan masalah dan memperjelas suatu persoalan. Jadi diskusi kelompok adalah suatu percakapan yang
dilakukan oleh tiga orang atau lebih, melalui proses bertukar pikiran dan
argumentasi kearah pemecahan masalah secara bersama-sama. Proses diskusi
kelompok ini dapat dilakukan melalui forum diskusi diikuti oleh semua siswa di
dalam kelas dapat pula dibentuk kelompok-kelompok lebih kecil. Yang perlu
diperhatikan ialah para siswa dapat melibatkan dirinya untuk ikut
berpartisipasi secara aktif di dalam forum diskusi kelompok, jadi metode diskusi
kelompok adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana seorang guru
memberi kesempatan kepada siswa (kelompok siswa) untuk mengadakan percakapan
guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai
alternative pemecahan atas masalah.
1. Keuntungan Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok merupakan
salah satu pengalaman belajar yang diterapkan di semua bidang studi dalam
batasan-batasan tertentu, pengalaman diskusi kelompok memberikan keuntungan
bagi para peserta sebagai berikut : 1) peserta dapat berbagi berbagai informasi dalam menjalani
gagasan baru atau memecahkan masalah, 2) dapat meningkatkan pemahaman atas
masalah-masalah penting, 3) dapat mengembangkan kemampuan untuk berfikir dan
berkomunikasi, 4) dapat meningkatkan ketertiban dalam perencanaan dan
pengambilan keputusan dan 5) dapat membina semangat kerjasama dan bertanggung
jawab.
2. Kelemahan-kelemahan Diskusi
Kelompok
Diskusi kelompok memiliki
kelemahan-kelemahan yang dapat menimbulkan kegagalan dalam arti tidak tercapai
tujuan yang diinginkan. Wardani (Dalam Puger, 1997 : 9) dinyatakan bahwa
kelemahan-kelemahan dalam diskusi kelompok antara lain : 1) diskusi kelompok
memerlukan waktu yang lebih banyak daripada cara belajar yang biasa, 2) dapat
memboroskan waktu terutama bila terjadi hal-hal yang negatif seperti pengarahan
yang kurang tepat, 3) anggota yang kurang agresif (pendiam, pemalu) sering
tidak mendapatkan kesempatan untuk mengemukakan pendapat atau ide-idenya
sehingga terjadi frustasi atau penarikan diri dan 4) adakala hanya didominasi
oleh orang-orang tertentu saja..
b)
Diskusi panel
1.
Pengertian
Panel merupakan salah satu
bentuk diskusi yang sudah direncanakan tentang suatu topik di depan para
pengunjung. Diskusi panel dibawakan oleb 3 - 6 orang yang dianggap ahli yang
dipimpin oleh seorang moderator.
Para panelis berdiskusi
sedemikian rupa, sehingga para pengunjung dapat mengikuti pembicaraan mereka.
Pengunjung hanya berfungsi sebagai pendengar, oleh karena itu pengunjung yang
begitu besar jumlahnya dianggap sebagai kelompok yang diajar oleh suatu regu
guru. Tetapi panel tidak boleh hanya sekedar merupakan pengajaran informatif,
melainkan harus dapat merangsang cara berpikir massa dengan memberikan berbagai
perspektif.
Pelaksanaan panel dimulai
dari perkenalan para panelis oleh moderator, kemudian disampaikan persoalan
umum kepada para panelis tersebut, untuk didiskusikan. Mereka seharusnya adalah
orang-orang yang pandai berbicara dengan lancar dan menarik. Moderator juga
memegang penanan dalam diskusi ini, sebagai pengatur jalannya pembicaraan
dengan sekali-kali menyimpulkan apa yang dikemukakan oleh para panelis.
Perbedaan pendapat tidak menjadi persoalan, karena pada diskusi panel tidak
perlu dicapai suatu kesatuan pendapat atau keputusan. Bahkan perbedaan pendapat
itulah yang diharapkan dapat memberikan stimulus bagi pendengar untuk dapat
berpikir lebih jauh. Pendengar tidak hanya akan menelan pesan yang sudah jadi,
melainkan dapat mengikuti proses pemikiran para panelis jalannya diskusi.
Setelah diskusi selesai, pendengar dapat membentuk kelompok-kelompok untuk
mendiskusikannya lebih lanjut. Akan tetapi selama diskusi panel, pendengar
tidak diberi kesempatan untuk mengemukakan pandangan.
2.
Penggunaan diskusi
panel
Anda dapat menggunakan
diskusi panel jika :
Ø Ingin mengemukakan pandapat yang berbeda-beda.
Ø Ingin memberi stimulus para pendengar akan adanya
suatu persoalan yang perlu dipecahkan.
Ø Ada panelis yang memenuhi syarat.
Ø Pembicaraan terlalu luas untuk didiskusikan dalam
kelompok itu.
Ø Ingin mengajak pendengar melihat “ke dalam” tetapi
tidak menginginkan tanggapan secara verbal.
Ø Ada moderator yang cakap, yang dapat menguasai segala
aspek dan persoalan yang dibicarakan.
3.
Kelebihan dan kelemahan diskusi panel
Kelemahan :
Ø Membangkitkan pikiran.
Ø Mengemukakan pandangan yang berbeda-beda.
Ø Mendorong ke analisis lebih lanjut.
Ø Memanfaatkan para ahli untuk berpendapat dan proses
pemikirannya dapat membelajarkan orang lain.
Kelebihan
:
Ø Mudah tersesat bila moderator tidak terampil.
Ø Memungkinkan panelis berbicara terlalu banyak.
Ø Tidak memberi kesempatan peserta untuk berbicara.
Ø Cenderung menjadi serial pidato pendek.
Ø Membutuhkan persiapan yang cukup masak.
c) Simposium
1. Pengertian
Simposium adalah serangkaian pidato pendek di depan
pengunjung dengan seorang pemimpin. Simposium menampilkan beberapa orang
pembicara dan mereka mengemukakan aspek-aspek pandangan yang berbeda dan topik
yang sama. Dapat juga terjadi, suatu topik persoalan dibagi atas beberapa
aspek, kemudian setiap aspek disoroti tersendiri secara khusus, tidak perlu
dari berbagai sudut pandangan.
Pembicara dalam simposium terdiri dari pembicara
(pembahas utama) dan penyanggah (pemrasaran banding), dibawah pimpinan seorang
moderator. Pendengar diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan atau
pendapat setelah pembahas utama dan penyanggah selesai berbicara. Moderator
hanya mengkoordinasikan jalannya pembicaraan dan meneruskan
pertanyaan-pertanyaan, sanggahan atau pandangan umum dari peserta. Hasil
simposium dapat disebar luaskan, terutama dari pembahas utama dan penyanggah,
sedangkan pandangan-pandangan umum yang dianggap perlu saja.
2. Penggunaan Simposium
Simposium dapat digunakan :
Ø Untuk mengemukakan aspek-aspek yang berbeda dari suatu
topik tertentu.
Ø Jika kelompok peserta besar.
Ø Kalau kelompok membutuhkan keterampilan yang ringkas.
3. Kelebihan dan Kelemahan :
a.
Kelebihan :
Ø Dapat dipakai pada kelompok besar maupun kecil.
Ø Dapat mengemukakan informnasi banyak dalam waktu
singkat.
Ø Pergantian pembicara menambah variasi dan sorotan dari
berbagai segi akan menjadi sidang lebih menarik.
Ø Dapat direncanakan jauh sebelumnya.
b. Kelemahan :
Ø Kurang spontanitas dan kneatifitas karena pembahas
maupun penyanggah sudah ditentukan.
Ø Kurang interaksi kelompok.
Ø Menekankan pokok pembicaraan.
Ø Agak terasa formal.
Ø Kepribadian pembicara dapat menekankan materi.
Ø Secara umum membatasi pendapat pembicara.
Ø Membutuhkan perencanaan sebelumnya dengan hati-hati
untuk menjamin jangkauan yang tepat.
Ø Cenderung dipakai secara berlebihan.
d) Seminar
1. Pengertian
Seminar merupakan suatu pembahasan masalah secara
ilmiah, walaupun topik yang dibahas adalah masalah sehari-hari. Dalam membahas
masalah, tujuannya adalah mencari suatu pemecahan, oleh karena itu suatu
seminar selalu diakhiri dengan kesimpulan atau keputusan-keputusan yang
merupakan hasil pendapat bersama, yang kadang-kadang diikuti dengan resolusi
atau rekomendasi.
Pembahasan dalam seminar berpangkal
pada makalah atau kertas kerja yang telah disusun sebelumnya oleh beberapa
orang pembicara sesuai dengan pokok-pokok bahasan yang diminta oleh sesuatu
panitia penyelenggara. Pokok-pokok bahasan yang diminta oleh suatu penitia
penyelenggara. Pokok bahasan yang telah ditentukan, akan dibahas secara
teoritis dan dibagi menjadi beberapa subpokok bahasan bila masalahnya sangat
luas. Pada awal
seminar, dapat dibuka dengan suatu pandangan umum oleh orang berwenang (yang
ditunjuk panitia) sehingga tujuan seminar terarah. Kemudian hadirin (massa)
dibagi menjadi beberapa kelompok untuk membahas permasalahan lebih lanjut. Tiap
kelompok dapat diserahi tugas membahas suatu sub pokok bahasan untuk dibahas
dalam kelompok yang biasanya juga disebut seksi/komisi, di bawah pimpinan
seorang ketua komisi (kelompok). Dari hasil-hasil kelompok, disusun suatu
perumusan yang merupakan suatu kesimpulan yang dirumuskan oleh suatu tim
perumus yang ditunjuk.
Pembahasan dalam seminar memakan waktu yang lebih lama
karena sifatnya yang ilmiah. Apabila para pembicara tidak dapat mengendalikan
diri biasanya waktu banyak dipergunakan untuk pembahasan yang kurang penting.
Oleh karena itu dibutuhkan pimpinan kelompok yang menguasai persoalan sehingga
penyimpangan dari pokok persoalan dapat dicegah. Penyimpangan ini dapat diatasi
bila setiap kali ketua sidang menyimpulkan hasil pembicaraan sehingga apa yang
akan dibicarakan selanjutnya sudah terarah.
2. Penggunaan Seminar
Seminar akan efektif bila :
Ø Tersedia waktu yang cukup untuk membahas persoalan.
Ø Problema sudah dirumuskan dengan jelas.
Ø Para peserta dapat diajak berfikir logis.
Ø Problema memerlukan pemecahan yang sistematis.
Ø Problema akan dipecahkan secara menyeluruh.
Ø Pimpmnan sidang cukup terampil dalam mcnggunakan
metode ini.
Ø Kelompok tidak terlalu besar sehingga memungkinkan
setiap peserta mengambil bagian dalam berpendapat.
3. Kelebihan dan kelemahan
a.
Kelebihan :
Ø Membangkitkan pemikiran yang logis.
Ø Mendorong pada analisa menyeluruh.
Ø Prosedurnya dapat diterapkan untuk berbagai jenis
problema.
Ø Membangkitkan tingkat konsentrasi yang tinggi pada
diri peserta.
Ø Meningkatkan keterampilan dalam mengenal problema.
b. Kelemahan :
Ø Membutuhkan banyak waktu.
Ø Memerlukan pimpinan yang terampil.
Ø Sulit dipakai bila kelompok terlalu besar.
Ø Mengharuskan setiap anggota kelornpok untuk
mempelajari terlebih dahulu.
Ø Mungkin perlu dilanjutkan pada diskusi yang lain.
e) Konferensi
rapat atau pertemuan untuk
berunding atau bertukar pendapat mengenai suatu masalah yg dihadapi bersama;
permusyawaratan; muktamar.
Langkah-langkah dalam
konferensi :
Ø
Pemimpin membuka acara konferensi dengan membacakan tata tertib
;
Ø
Peserta konferensi mengemukakan pendapat secara tertib;
Ø
Pemimpin menutup konferensi.
DAFTAR PUSTAKA
id.wikipedia.org/wiki/Berbicara
id.wikipedia.org/wiki/Pidato
pembelajaranguru.wordpress.com/.../diskusi-dan-macamnya/
theordinarytrainer.wordpress.com/2009/07/.../diskusi-panel/
kamusbahasaindonesia.org/konferensi/
pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/konferensi/